BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang
membulatkan hati,bertekad berjerih payah,berkorban dan bertanggung jawab
demi mencapai tujuan dirinya dan tujuan organisasi atau perusahaan yang telah
disepakati atau ditentukan sebelumnya
Komitmen memiliki peranan penting terutama pada kinerja
seseorang ketika bekerja,hal ini disebabkan oleh adanya komitmen
yang menjadi acuan serta dorongan yang membuat mereka lebih bertanggung jawab
terhadap kewajibannya.
Namun kenyataanya banyak organisasi atau perusahaan yang
kurang memperhatikan mengenai komitmen / loyalitas karyawannya sehingga kinerja
mereka kurang maksimal. Seharusnya
organisasi atau perusahaan ketika melakukan perekrutan hendaknya mereka memilih
calon – calon yang komitmennya tinggi pada perusahaan,ini dimaksudkan untuk
mendeteksi sejak dini pekerja yang kurang maksimal sehingga tidak terjadi hal
yang dapat merugikan organisasi atau perusahaan. Melihat begitu pentingnya
komitmen,maka kami akan membahas lebih jauh mengenai komitmen dalam makalah
ini.
2.
Rumusan
Masalah
Bendasarkan latar belakang masalah diatas,penulis
menentukan rumusan masalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengertian komitmen ?
b. Untuk
mengetahui bentuk – bentuk komitmen ?
c. Untuk mengetahui proses terjadinya komitmen ?
d. Untuk Mengetahui factor-faktor yang dapat
mempengaruhi
komitmen ?
3.
Tujuan
Pembuatan Makalah
Sejalan
dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun untuk mengetahui dan
mendeskripsikan :
a. Dapat mengetahui
pengertian komitmen ?
b. Dapat mengetahui
bentuk – bentuk komitmen ?
c. Dapat mengetahui
proses terjadinya komitmen ?
d. Dapat Mengetahui faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi komitmen ?
4. Manfaat
Makalah
a. Khusus
Dengan pembuatan makalah ini kami penulis dapat mengerti
lebih jauh, lebih paham mengenai mata kuliah Perilaku Organisasi karena materi
ini merupakan acuan penulis sebagai bahan dalam diskusi serta dapat
mempraktekannya.
b. Umum
Makalah ini sengaja dibuat dalam rangka penugasan
terstuktur dari dosen pembimbing sebagai bahan diskusi.Namun tidak
tertutup kemungkinan makalah ini dapat menjadi sumber bacaan bagi para
mahasiswa yang sedang menekuni mata kuliah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
komitmen
1.1.
Beberapa pendapat para ahli mengenai komitmen
1. Komitmen Komitmen
berasal dari kata Latin “Committer” yang berarti menggabungkan,
menyatukan, mempercayai dan mengerjakannya
(Snyder; 1994:97).
2. Komitmen merupakan
“ikatan psikologis” dengan sebuah organisasi (Gruen cs. 2000 dalam Bansal et.al
2004 Komitmen juga merupakan sikap yang menuntun atau menengahi respon nyata
seseorang atau niat perilaku seseorang terhadap suatu benda
3. Komitmen adalah
sesuatu yang membuat seseorang membulatkan hati,bertekad berjerih
payah,berkorban dan bertanggung jawab demi mencapai tujuan.
4. Robbins
(2001) menyebutkan Komitmen adalah tingkatan di mana seseorang
mengidentifikasikan diri dengan organisasi dan tujuantujuannyua dan
berkeinginan untuk memelihara keanggotaannya dalam organisasi.
5. Bansal,
Irving dan Taylor (2004) mendefenisikan Komitmen sebagai kekuatan
yang mengikat seseorang pada suatu tindakan yang memiliki relevansi dengan satu
atau lebih sasaran.
6. Buchanan
(1997) menyebutkan Komitmen menyangkut tiga sikap yaitu rasa
pengidentifikasian dengan tujuan organisasi, rasa keterlibatan dan rasa
kesetiaan kepada organisas. Jadi pengertian komitmen lebih dari sekedar menjadi
anggota saja, tetapi lebih dari itu orang akan bersedia untuk mengusahakan pada
derajat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi, demi memperlancar
mencapai tujuan organisasi.
1.2. Manfaat Komitmen
Manfaat
dengan adanya Komitmen dalam organisasi adalah sebagai berikut :
· Para
pekerja yang benar-benar menunjukkan komitmen tinggi terhadap organisasi
mempunyai kemungkinan yang jauh lebih besar untuk menunjukkan tingkat
partisipasi yang tinggi dalam organisasi
· Memiliki
keinginan yang lebih kuat untuk tetap bekerja pada organisasi yang
sekarang dan dapat terus memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan
· Sepenuhnya
melibatkan diri pada pekerjaan mereka, karena pekerjaan tersebut adalah
mekanisme kunci dan saluran individu untuk memberikan sumbangannya bagi
pencapaian tujuan organisasi
Keyakinan tentang pentingnya komitmen dalam kaitannya
dengan efektivitas organisasi tampak sejalan dengan beberapa hasil penelitian
yang dilakukan para ahli. Ivancevich dan Matteson (2002:206) berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan Chow dan Holden (1997:275-298) menyimpulkan bahwa
: “Research evidence indicates that the absence of commitment can reduce
organizational effectiveness”. Penelitian yang dilakukan oleh Hom,
Katerberg dan Dunham (1987:163-178) memberikan temuan yang sama bahwa, komitmen
terhadap organisasi memiliki hubungan yang negatif, baik dengan kemangkiran
kerja maupun dengan tingkat keluarnya karyawan. Penelitian Mathieu dan Zajac
(1990:171-199) maupun penelitian De Cottis dan Summers (1987:445-470),
sama-sama menemukan bahwa komitmen individu terhadap organisasi memiliki
hubungan yang positif dengan tingkat performansi kerja. Hasil penelitian Mayer
dan Schoorman (1992:671-684) terhadap 330 karyawan perusahaan keuangan di
Amerika Serikat menemukan terdapat korelasi positif yang signifikan antara
komitmen individu terhadap organisasi dengan tingkat kinerja maupun dengan
tingkat kepuasan kerja. Penelitian Chow (1994) sebagaimana dikutip
Johnson (1995:70) terhadap perusahaan di Jepang menyimpulkan bahwa, tingginya
produktivitas perusahaan di Jepang didukung secara signifikan oleh tingginya
komitmen sumber daya manusianya.
Dari paparan di atas memberikan indikasi bagaimana
pentingnya variabel komitmen organisasi dalam kaitannya dengan fenomena tingkat
kinerja. Sehubungan dengan hal tersebut, Steers (1985:144) berdasarkan pada
hasil studi meta analisis terhadap berbagai hasil penelitian yang pernah
dilakukan para ahli sebelumnya, berhasil mengemukakan sebuah model tentang
komitmen dalam kaitannya dengan efektivitas organisasi.
1.3 Cara
membentuk komitmen
Tidak ada satu pimpinan organisasi manapun yang
tidak menginginkan seluruh jajaran anggotanya tidak memiliki komitmen yang kuat
terhadap organisasi/perusahaan mereka. Bahkan sampai sejauh ini banyak pimpinan
organisasi sedang berusaha menggiatkan peningkatan komitmen anggotanya terhadap
organisasi. Menurut Martin dan Nicholls (dalam Armstrong, 1991) menyatakan
bahwa ada 3 (tiga) pilar untuk membentuk komitmen seseorang terhadap
organisasi, yaitu:
1. Menciptakan
rasa kepemilikan terhadap organisasi, untuk menciptakan kondisi ini orang harus
mengidentifikasi dirinya dalam organisasi, untuk mempercayai bahwa ada guna dan
manfaatnya bekerja di organisasi, untuk merasakan kenyamanan didalamnya, untuk
mendukung nilai-nilai, visi, dan misi organisasi dalam mencapai tujuannya.
Salah satu faktor penting dalam menciptakan rasa kepemilikan ini adalah
meningkatkan perasaan seluruh anggota organisasi bahwa perusahaan (organisasi)
ini adalah benar-benar merupakan “milik” mereka. Kepemilikan ini tidak sekedar
dalam bentuk kepemilikan saham saja (meskipun kadangkala ini juga merupakan
cara yang cukup membantu), namun lebih berupa meningkatkan kepercayaan di
seluruh anggota organisasi bahwa mereka benar-benar (secara jujur) diterima
oleh manajemen sebagai bagian dari organisasi. Banyak cara yang bisa dilakukan
untuk itu, mengajak mereka anggota organisasi untuk terlibat memutuskan
penciptaan dan pengembangan produk baru, terlibat memutuskan perubahan
rancangan kerja dan sebagainya. Bila mereka anggota organisasi merasa terlibat
dan semua idenya dipertimbangkan maka muncul perasaan kalau mereka ikut
berkontribusi terhadap pencapaian hasil. Apalagi ditambah dengan kepercayaan
kalau hasil yang diperoleh organisasi akan kembali pada kesejahteraan mereka
pula.
2. Menciptakan
semangat dalam bekerja, cara ini dapat dilakukan dengan lebih
mengkonsentrasikan pada pengelolaan faktor-faktor motivasi instrinsik dan
menggunakan berbagai cara perancangan pekerjaan. Menciptakan semangat kerja
bawahan bisa dengan cara membuat kualitas kepemimpinan yaitu menumbuhkan
kemauan manajer dan supervisor untuk memperhatikan sepenuhnya motivasi dan
komitmen bawahan melalui pemberian delegasi tanggung jawab dan pendayagunaan
ketrampilan bawahan.
3. Keyakinan dalam manajemen, cara
ini mampu dilakukan manakala organisasi benar-benar telah menunjukkan dan
mempertahankan kesuksesan. Manajemen yang sukses menunjukkan kepada bawahan
bahwa manajemen tahu benar kemana organisasi ini akan dibawa, tahu dengan benar
bagaimana cara membawa organisasi mencapai keberhasilannya, bahkan sampai pada
kemampuan menterjemahkan rencana ke dalam realitas. Pada konteks ini karyawan
akan melihat bagaimana ketegaran dan kekuatan perusahaan dalam mencapai tujuan
hingga sukses, kesuksesan inilah yang membawa dampak kebanggaan pada diri
karyawan. Apalagi mereka sadar bahwa keterlibatan mereka dalam mencapai
kesuksesan itu cukup besar dan sangat dihargai oleh manajemen.
2. Macam
– Macam Bentuk Komitmen
Komitmen
dibedakan menjadi dalam tiga tingkatan atau derajat, sebagai berikut (Thomson
dan Mabey, 1994) :
1. Komitmen
pada tugas (Job Commitment), Merupakan komitmen yang berhubungan dengan
aktivitas kerja. Komitmen pada tugas dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
seperti kesesuaian orang dengan pekerjaannya dan karakteristik tugas seperti
variasi keterampilan, identitas pekerjaan, tingkat kepentingan pekerjaan,
otonomi, dan umpan balik pekerjaan. Penelitian Hackman dan Oldham (1980)
menyimpulkan bahwa motivasi kerja terbentuk oleh tiga kondisi, yaitu apabila
pekerja merasakan pekerjaannya berarti, pekerja merasa bertanggung jawab
terhadap hasil kerjanya, dan pekerja memahami hasil pekerjaannya.
2. Komitmen
pada karir (Career Commitment), komitmen pada karir lebih luas dan kuat dibandingkan
dengan komitmen pada pekerjaan tertentu. Komitmen ini lebih berhubungan dengan
bidang karir daripada sekumpulan aktivitas dan merupakan tahap dimana
persyaratan suatu pekerjaan tertentu memenuhi aspirasi karir individu. Ada
kemungkinan individu yang memiliki komitmen yang tinggi pada karir akan
meninggalkan organisasi untuk meraih peluang yang lebih tinggi lagi.
3. Komitmen
pada organisasi (Organizational Commitment), merupakan jenjang komitmen yang
paling tinggi tingkatannya. Porter dan Steers (1991) mendefinisikan komitmen
organisasi sebagai derajat keterikatan relatif dari individu terhadap
organisasinya. Definisi komitmen organisasi menurut Luthans (1992) adalah sikap
loyal anggota organisasi atau pekerja bawahan dan merupakan proses yang berlangsung
secara terus menerus mereka menunjukkan kepedulian dan kelangsungan sukses
organisasi. Sedangkan definisi menurut Robbins (1996) adalah derajat sejauh
mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuannya,
serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi. Menurut Buchanan (1974),
komitmen organisasi terdiri dari tiga sikap, yaitu : (1) perasaan identifikasi
dengan misi organisasi, (2) rasa keterlibatan dalam tugas-tuga s organisasi,
(3) rasa kesetiaan dan cinta pada organisasi sebagai tempat hidup dan bekerja,
terlepas dari manfaat dan misi organisasi bagi individu.
3. Strategi
Komitmen
Selanjutnya
menurut Armstrong (1991), ada 10 komponen sebagai sebuah strategi bagi
manajemen untuk meningkatkan komitmen anggota terhadap organisasi dalam
mencapai tujuannya, yaitu:
1. Definisikan dan diseminasikan misi dan
nilai-nilai organisasi;
2. Sebarkan tujuan organisasi dengan cara
meningkatkan pemahaman tiap orang akan strategi organisasi dan ajak anggota
organisasi untuk berpartisipasi dalam menterjemahkan tujuan ke dalam strategi;
3. Mengajak anggota organisasi untuk terlibat
dalam mendefinisikan persoalan dan ikut terlibat dalam pemecahan sampai mereka
merasa langkah itu adalah merupakan “milik”nya;
4. Berikan pola kepemimpinan transformasional yaitu
memberikan anggota organisasi inspirasi ide yang mengarah pada masa depan;
5. Gunakan setiap media komunikasi yang ada
untuk menyampaikan pesan secara tepat tentang misi, nilai, dan stratgei
organisasi;
6. Berikan contoh-contoh dan pelatihan yang
merupakan perwujudan dari gaya manajemen organisasi dalam meningkatkan
keterlibatan dan kerjasama anggota;
7. Kembangkan proses dan iklim organisasi yang
mampu meningkatkan perkembangan ketrampilan orang dalam mencapai tujuan
prestasi yang lebih tinggi;
8. Kenalkan kepada anggota organisasi
keuntungan (profit) organisasi dan rencana pencapaian profit untuk tahun-tahuan
mendatang;
9. Gunakan program pelatihan yang ada untuk
meningkatkan impresi yang bagus dari karyawan terutama karyawan baru terhadap
organisasi;
10. Gunakan workshop atau jenis pelatihan
lainnya untuk mengajak semua orang
mendiskusikan isu-isu penting yang dihadapi organisasi dan berikan kesempatan
pada mereka untuk memberikan kontribusi ide. Bahkan kalau perlu ambil tindakan
mengenai ide – ide bagus mereka.
4. Faktor
– Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen
Komitmen
pegawai pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang
cukup panjang dan bertahap. Steers (dalam Sopiah, 2008) menyatakan tiga faktor
yang mempengaruhi komitmen seorang karyawan antara lain :
· Ciri
pribadi pekerja termasuk masa jabatannya dalam organisasi, dan variasi
kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan
· Ciri
pekerjaan, seperti identitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan rekan
sekerja; dan
· Pengalaman
kerja, seperti keterandalan organisasi di masa lampau dan cara pekerja-pekerja
lain mengutarakan dan membicarakan perasaannya tentang organisasi
5. Aspek
– Aspek Komitmen
a) Identifikasi
Identifikasi yang berwujud dalam bentuk kepercayaan anggota terhadap organisasi. Guna menumbuhkan identifikasi dilakukan dengan memodifikasi tujuan organisasi/organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para anggota atau dengan kata lain organisasi memasukan pula kebutuhan dan keinginan anggotan dalam tujuan organisasi atau organisasi. Hal ini akan menumbuhkan suasana saling mendukung di antara para anggota dengan organisasi. Lebih lanjut membuat anggota dengan rela menyumbangkan tenaga, waktu, dan pikiran bagi tercapainya tujuan organisasi.
Identifikasi yang berwujud dalam bentuk kepercayaan anggota terhadap organisasi. Guna menumbuhkan identifikasi dilakukan dengan memodifikasi tujuan organisasi/organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para anggota atau dengan kata lain organisasi memasukan pula kebutuhan dan keinginan anggotan dalam tujuan organisasi atau organisasi. Hal ini akan menumbuhkan suasana saling mendukung di antara para anggota dengan organisasi. Lebih lanjut membuat anggota dengan rela menyumbangkan tenaga, waktu, dan pikiran bagi tercapainya tujuan organisasi.
b) Keterlibatan
Keterlibatan atau partisipasi anggota dalam aktivitas-aktivitas kerja penting untuk diperhatikan karena adanya keterlibatan anggota menyebabkan mereka bekerja sama, baik dengan pimpinan atau rekan kerja. Cara yang dapat dipakai untuk memancing keterlibatan anggota adalah dengan memasukan mereka dalam berbagai kesempatan pembuatan keputusan yang dapat menumbuhkan keyakinan pada anggota bahwa apa yang telah diputuskan adalah keputusan bersama. Juga anggota merasakan bahwa mereka diterima sebagai bagian dari organisasi, dan konsekuensi lebih lanjut, mereka merasa wajib untuk melaksanakan bersama apa yang telah mereka putuskan, karena adanya rasa keterikatan dengan apa yang mereka ciptakan. Hasil yang dirasakan bahwa tingkat kehadiran anggota yang memiliki rasa keterlibatan tinggi umumnya akan selalu disiplin dalam bekerja.
Keterlibatan atau partisipasi anggota dalam aktivitas-aktivitas kerja penting untuk diperhatikan karena adanya keterlibatan anggota menyebabkan mereka bekerja sama, baik dengan pimpinan atau rekan kerja. Cara yang dapat dipakai untuk memancing keterlibatan anggota adalah dengan memasukan mereka dalam berbagai kesempatan pembuatan keputusan yang dapat menumbuhkan keyakinan pada anggota bahwa apa yang telah diputuskan adalah keputusan bersama. Juga anggota merasakan bahwa mereka diterima sebagai bagian dari organisasi, dan konsekuensi lebih lanjut, mereka merasa wajib untuk melaksanakan bersama apa yang telah mereka putuskan, karena adanya rasa keterikatan dengan apa yang mereka ciptakan. Hasil yang dirasakan bahwa tingkat kehadiran anggota yang memiliki rasa keterlibatan tinggi umumnya akan selalu disiplin dalam bekerja.
c) Loyalitas
Loyalitas anggota terhadap organisasi memiliki makna ksesediaan seseorang untuk bisa melanggengkan hubungannya dengan organisasi kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apa pun. Keinginan anggota untuk mempertahankan diri bekerja dalam organisasi adalah hal yang dapat menunjang komitmen anggota terhadap organisasi di mana mereka bekerja. Hal ini di upayakan bila anggota merasakan adanya keamanan dan kepuasan dalam tempat kerjanya.
Loyalitas anggota terhadap organisasi memiliki makna ksesediaan seseorang untuk bisa melanggengkan hubungannya dengan organisasi kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apa pun. Keinginan anggota untuk mempertahankan diri bekerja dalam organisasi adalah hal yang dapat menunjang komitmen anggota terhadap organisasi di mana mereka bekerja. Hal ini di upayakan bila anggota merasakan adanya keamanan dan kepuasan dalam tempat kerjanya.
6. Perilaku
Karyawan Yang Terkait Dengan Perusahaan
Banyak
para ahli mengemukakan arti dari komitmen terhadap organisasi. Armstrong (1991)
menyatakan bahwa pengertian komitmen mempunyai ada 3 (tiga) area perasaan atau
perilaku terkait dengan perusahaan tempat seseorang bekerja:
1. Kepercayaan,
pada area ini seseorang melakukan penerimaan bahwa organisasi tempat bekerja
atau tujuan-tujuan organisasi didalamnya merupakan sebuah nilai yang diyakini
kebenarannya.
2. Keinginan untuk bekerja atau
berusaha di dalam organisasi sebagai kontrak hidupnya. Pada konteks ini orang
akan memberikan waktu, kesempatan dan kegiatan pribadinya untuk bekerja
diorganisasi atau dikorbankan ke organisasi tanpa mengharapkan imbalan
personal.
3. Keinginan
untuk bertahan dan menjadi bagian dari organisasi.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Komitmen sangatlah penting dalam suatu organisasi demi
menunjang tercapainya tujuan dari organisasi tersebut. Gambaran atau wujud
dari komitmen sering diidentikan dengan ikrar atau ikatan atas suatu tindakan
yang tertentu. Komitmen memiliki berbagai macam bentuk. Yang pertama adalah
komitmen pada tugas, yang kedua komitmen pada karir, yang ketiga komitmen pada
organisasi. Komitmen individu terhadap organisasi bersifat sukarela dan
pribadi, sehingga tidak dapat dipaksakan, dan karena itu setiap individu
anggota organisasi dapat secara bebas menarik kembali komitmennya. Komitmen dan
motivasi sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang ada di dalam suatu
perusahaan
2. SARAN
Permasalahan komitmen pegawai menjadi isu kritis
bersamaan dengan mulai derasnya informasi global, sebagai bagian dan
konsekuensi logis globalisasi itu sendiri: entitas bisnis dituntut untuk mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis eksternal dan internal yang selalu
berubah. Manajemen baru yang dapat saja terbentuk setiap saat. Pegawai-pegawai
baru, pekerjaan-pekerjaan baru, peluang-peluang baru serta ancaman-ancaman
baru, yang kesemuanya terus bermunculan di depan mata.
Kami menyarankan agar seluruh sumber daya manusia di
dalam perusahaan memiliki komitmen yang tinggi pada pekerjaannya, maka seluruh
pihak di dalam organisasi harus selalu termotivasi dan untuk mampu
memotivasi ini, diperlukan komitmen dari pimpinan puncak perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Partina, Anna. 2005. Menjaga
Komitmen Organisasional Pada Saat Downsizing. Dalam Jurnal Telaah Bisnis Vol 6.
No 2.
sumber; Ari
Juniar Susanto di 03.19
editor; Abe R
09/02/18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar